Polisi telah menahan Luis Souza Moraes, 27 tahun. Luis diduga memukul kepala wasit Otavio Jordao da Silva dan menghantamkan sebotol rum ke wajah korban. Saudara Luis, Francisco, adalah satu dari dua tersangka yang sedang dikejar, seperti dilaporkan ESPN, Senin, 8 Juli 2013.
Dari keterangan Luis, pembunuhan wasit da Silva (20) pada 30 Juni lalu, bermula dari kartu merah Josemir Santos Abreu (31), salah satu pemain di pertandingan amatir di kota kecil Centro do Meio, negara bagian Maranhao. Akan tetapi Abreu tidak terima atas kartu merah tersebut. Ia lalu menyerang da Silva sampai tersungkur ke tanah.
Da Silva kemudian bangkit sambil menggenggam sebilah pisau. Tanpa banyak kata, da Silva langsung menghunjamkan pisaunya ke dada Abreu. Abreu akhirnya tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
Rekan-rekan setim Abreu dan penonton lantas mengejar da Silva. Sebagian orang mengikat lengan dan kakinya, sementara Luis memukul kepala da Silva dengan kayu dan memecahkan botol rum di wajahnya.
Salah satu tersangka yang sedang diburu--yang dijuluki Pirolo--kemudian mengambil pisau yang sebelumnya tertancap di dada Abreu. Pisau itu diarahkan ke leher da Silva yang sudah terikat tak berkutik. Tidak begitu jelas bagaimana sebelumnya da Silva bisa membawa pisau ke lapangan.
Mengetahui di leher da Silva sudah ada pisau yang tertancap, Francisco lantas mengambil sabit dan langsung memotong lengan, kaki, dan kepala da Silva. Potongan lengan, kaki, dan kepala da Silva kemudian ditaruh di gundukan tanah tak jauh dari lapangan.
Volter Costa mengatakan di Centro de Meio sebenarnya tidak biasa terjadi kekerasan atau kejahatan. Dia mengatakan, mereka yang terlibat mutilasi itu semua dari kota tetangga.
Keributan sepak bola di Brasil yang melibatkan bentrok antarsuporter umum terjadi. Namun, kebrutalan seperti di Centro de Meio mengirimkan terapi kejut yang sangat mendalam setelah bulan lalu Brasil diguncang demonstrasi besar-besaran selama Piala Konfederasi 2013.
Kendati demikian, Paulo Storani--seorang profesor ahli keamanan yang menghabiskan tiga dekade di kepolisian Rio de Janeiro--menyebut pembunuhan di Centro de Meio tidak mencerminkan ketidakmampuan Brasil menjamin keamanan selama Piala Dunia 2014 mendatang. Menurutnya, pembunuhan itu hanya insiden terisolasi yang terjadi di daerah terpencil.
"Ini sesuatu yang benar-benar luar biasa yang terjadi di daerah terpencil dan termiskin di negeri ini, suatu daerah di mana kekerasan sangat luas," kata Storani. "Memang benar kita terlibat dalam kekerasan sepak bola di Brasil, tapi ini benar-benar keluar dari grafik kekerasan dan dari apa yang biasanya kita lihat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar